Editor Hartaku
Content Writer
8 Agustus 2025
Pada dasarnya, dunia pasar modal memiliki pengertian yang sama dengan pasar tradisional yang menjadi tempat transaksi jual-beli. Pasar tradisional menyediakan berbagai barang dagangan, begitu juga dengan pasar modal di era modern saat ini.
Bedanya, pasar tradisional menyediakan barang dagangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara, barang yang diperdagangkan dalam dunia pasar modal berupa produk atau instrumen investasi.
Bagi siapapun yang memiliki niat atau tertarik untuk berinvestasi, mengenal jenis-jenis produk investasi sangatlah penting. Saham, mungkin menjadi produk investasi yang sudah sangat sering didengarkan.
Meskipun sudah sangat familiar dengan istilah saham, namun saham bukan satu-satunya produk atau instrumen investasi yang diperdagangkan dalam pasar modal. Ada berbagai macam produk atau instrumen investasi yang ditawarkan oleh pasar modal.
Berbicara soal investasi di pasar modal, tentu akan selalu ada potensi untung dan resiko kerugian. Lalu, bagaimana jika ada produk investasi yang memiliki tingkat resiko kerugian yang rendah? Tentu hal itu akan sangat menarik bagi para investor pemula.
Nah, kali ini kami akan mengulas salah satu produk investasi dalam pasar modal dengan resiko kerugian yang paling minim! Apa itu?
Ya! Namanya adalah obligasi.
Menurut definisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia, obligasi dapat diartikan sebagai surat utang dengan jangka waktu menengah atau panjang yang bisa diperjualbelikan di pasar modal.
Sederhananya, seseorang yang membeli atau berinvestasi dalam bentuk obligasi sedang memberikan pinjaman pada penerbit obligasi. Sebagai imbalannya, pemilik obligasi tersebut akan mendapat kupon (bunga tetap) secara berkala serta dana pokok saat jatuh tempo.
Menarik bukan?
Sebagai produk atau instrumen investasi yang diperdagangkan dalam pasar modal, obligasi diterbitkan oleh pemerintah atau korporasi. Hal itu juga menjadi pembeda obligasi yang diperdagangkan menjadi obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Meski berbeda nama, namun kedua obligasi masih tetap berupa surat pengakuan utang atau surat utang dari masing-masing penerbit. Bedanya, obligasi pemerintah diterbitkan oleh negara dan obligasi korporasi diterbitkan oleh perusahaan.
Biasanya, obligasi pemerintah diterbitkan ketika negara membutuhkan anggaran belanja yang lebih untuk mendanai pembangunan atau proyek-proyek strategis negara.
Karena obligasi pemerintah berkaitan langsung dengan negara, hal itu kemudian membuat obligasi pemerintah menjadi produk atau instrumen investasi yang paling sering diincar oleh investor. Mengapa?
Alasannya cukup sederhana, karena obligasi pemerintah dijamin oleh negara sehingga resiko gagal bayar menjadi mustahil. Di Indonesia, obligasi pemerintah terjamin oleh UU No. 24 Tahun 2022 tentang surat utang negara.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa pemerintah memberikan jaminan pembayaran bunga dan pokok sesuai dengan masa berlakunya. Kegagalan pembayaran hanya mungkin ketika negara bubar dan hal itu masih sangat sulit untuk dibayangkan.
Oleh karena itu, obligasi pemerintah memberikan kesan yang jauh lebih aman dibanding instrumen atau produk investasi lainnya.
Selain itu, obligasi pemerintah menawarkan beberapa pilihan jenis obligasi. Diantaranya adalah:
· Surat Utang Negara
· Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI)
· Sukuk Ritel (SR)
· Saving Bond Ritel (SBR)
· Sukuk Negara Tabungan (ST)
Sebagai tambahan penting, bahwa setiap jenis obligasi pemerintah yang diawali dengan nama Sukuk merupakan jenis obligasi yang berbasis Syariah.
Sebagaimana nama korporasi yang dilekatkan, obligasi korporasi berasal dari perusahaan yang bisa jadi perusahaan swasta maupun perusahaan yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Untuk obligasi korporasi, cenderung memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding dengan obligasi pemerintah. Hal itu disebabkan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh perusahaan penerbit obligasi yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, seorang investor obligasi biasanya mengukur tingkat resiko dari obligasi korporasi berdasarkan rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga rating. Semakin tinggi rating dari perusahaan yang menerbitkan obligasi, maka semakin kecil risiko gagal bayar terkait kupon (bunga tetap) dan dana pokok saat jatuh tempo.
Namun, obligasi korporasi dengan rating tinggi cenderung menawarkan pembayaran kupon dan yang lebih rendah. Berbeda dengan obligasi korporasi dengan rating rendah, mereka sering kali menawarkan kupon pembayaran yang jauh lebih tinggi kepada calon investor.
Bagaimanapun, hukum investasi high risk high return! dan low risk, low return! memang berlaku disetiap investasi, tidak terkecuali dengan investasi obligasi.
Siapapun yang berani mengambil resiko tinggi, tentu akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Begitupun sebaliknya, investasi dengan resiko rendah tentu saja akan mendapatkan hasil yang lebih rendah.
Jadi, pastikan untuk sebijak mungkin dalam menentukan pilihan produk atau instrumen investasi.
Selain kupon atau bunga tetap dan pokok dana yang dibayarkan secara berkala dan pada saat jatuh tempo, potensi keuntungan dalam investasi obligasi juga dapat dijual kembali di pasar sekunder atau pasar modal.
Seorang investor obligasi, boleh saja memperdagangkan obligasi pemerintah atau korporasi yang dimiliki untuk mendapatkan capital gain. Sebagaimana yang diketahui bahwa capital gain merupakan keuntungan dari selisih harga beli awal dengan harga terbaru yang mungkin lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Cara seperti itu dapat menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan lain dalam investasi obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Rencana Keuangan & Tujuan Keuangan yang Jelas
Sebelum memilih untuk berinvestasi di pasar modal, baik itu dalam bentuk saham, reksa dana, hingga obligasi sekalipun, pastikan bahwa rencana keuangan telah tersusun rapi.
Siapapun investor yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan di masa depan, dapat dipastikan haruslah memiliki rencana keuangan.
Dengan memiliki rencana dan tujuan keuangan yang jelas, hal itu akan menuntun pada pilihan apakah dengan berinvestasi obligasi akan membantu rencana keuangan untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Ingat! Investasi dalam bentuk apapun tidak semudah memutar balikkan telapak tangan yang akan membuat seseorang menjadi kaya raya dengan instan.
Memahami Penerbit Obligasi
Sebelum memilih obligasi, pastikan untuk mengenal dan memahami dengan baik penerbit obligasi yang akan dibeli. Sebagai investor pemula, mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan obligasi pemerintah yang terjamin keamanannya dan jauh lebih stabil.
Namun, jika pilihan obligasi adalah obligasi korporasi, periksa terlebih dahulu latar belakang penerbit. Mulai dari laporan keuangan hingga kemampuan pembayaran utang dari perusahaan penerbit harus jelas dan memiliki catatan yang baik.
Calon investor juga dapat melihat rating dari lembaga rating yang secara resmi terdaftar di OJK untuk memeriksa setiap rating perusahaan penerbit obligasi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan membantu untuk memutuskan pilihan obligasi yang akan dibeli.
Menetapkan Jangka Waktu
Pilihlah obligasi dengan jangka waktu pembayaran yang sesuai atau mendukung rencana keuangan yang dimiliki.
Menetapkan jangka waktu merupakan bagian dari strategi investasi yang juga sangat penting. Hal itu berlaku karena berhadapan dengan ketidakpastian dari pasar modal memungkinkan harga obligasi bisa berubah kapan saja.
Oleh karena itu, ketetapan jangka waktu akan mengajarkan kedisiplinan dan konsistensi pada setiap investor agar terhindar dari resiko kerugian.
Lakukan Diversifikasi
Sederhananya, diversifikasi adalah mengalokasikan modal investasi ke berbagai jenis investasi. Artinya, seorang investor bisa membeli produk atau instrumen investasi yang beragam untuk mengurangi resiko kerugian.
Contoh, seorang investor berinvestasi pada obligasi korporasi namun tidak menggunakan semua modal yang dimiliki untuk di investasi dalam satu obligasi korporasi tertentu. Sisa modal yang belum digunakan, dapat diverifikasi atau dialokasikan dengan cara membeli obligasi pemerintah.
Cara ini cukup aman dilakukan karena akan membantu jika suatu waktu salah satu dari obligasi mengalami kerugian. Setidaknya, satu diantara obligasi tetap mendatangkan keuntungan. Bahkan, cara seperti ini sangat umum dilakukan oleh investor berpengalaman.
Ingat! Melakukan diversifikasi tidak harus dengan membeli obligasi lainnya. Investor dalam pasar modal dapat mengalokasikan modal investasinya ke jenis produk atau instrumen investasi lain seperti saham atau reksadana. Sekali lagi, cara seperti ini sangat umum dilakukan oleh investor berpengalaman. Jadi jangan ragu untuk melakukan diversifikasi.
Belajar dan Update Informasi Seputar Dunia Pasar Modal
Menjadi investor di pasar modal juga menuntut seseorang untuk menjadi pembelajar yang baik. Jika seseorang berani untuk memutuskan berinvestasi di pasar modal, hal itu akan menuntut untuk terus melakukan pembelajaran.
Berinvestasi obligasi di pasar modal, bukan berarti tugas investor telah selesai dan hanya tinggal menunggu pembayaran masuk ke rekening. Ingat, bahwa dunia pasar modal adalah dunia yang begitu cepat berubah. Harga-harga bisa meroket tinggi dengan cepat atau bahkan terjun bebas serendah mungkin.
Oleh karena itu, investor juga harus bertanggung jawab untuk memastikan modalnya tetap aman dan stabil. Tentu saja itu mengharuskan investor untuk memiliki komitmen pembelajaran yang tinggi.
Hal itu dapat dimulai dengan memahami kondisi pasar modal melalui informasi-informasi yang dapat diakses baik dari media sosial ataupun belajar dari komunitas-komunitas investasi.
Pahami bahwa dunia investasi bukan hanya tentang seberapa untung dan rugi seorang investor, tapi investasi juga menjadi ruang proses untuk bertumbuh secara konsisten dan cerdas demi mengamankan keuangan pribadi di masa depan!